Senin, 01 Juni 2009

Apakah Seleksi Alam Adalah Sebuah Proses Evolusi?


Menonton Animal Planet, National Geographic atau sejenisnya di studio TV TPI, TVone, TransTV atau Global TV atau lainnya termasuk acara favorit yang semakin jarang dimunculkan televisi kita. Kalah sama sinetron-sinetron. Yang menarik, dari film tentang perhewanan dan kehidupannya adalah perilaku, mengorganisasikan diri untuk mendapatkan makanan, melakukan perjalanan melintasi gurun pada waktu tertentu berdasarkan nalurinya.

Apakah kemampuan hewan untuk beradaptasi dengan lingkungannya sebagai cikal bakal evolusi?. Apakah penyesuaian dengan lingkungan terjadi terus menerus seperti jerapah yang kemudian menjadi berleher panjang akan terjadi karena kesulitan mendapatkan makanan yang mudah diraih?. Ini bukan soal percaya atau ilmiah atau tidak ilmiah, namun ketika kita menonton seleksi alam terhadap kehidupan hewan, beberapa hal yang kerap kita jumpai :

  • Hewan-hewan yang baru dilahirkan, seperti buaya yang baru menetas akan langsung berhadapan dengan ganasnya alam. Untuk sampai ke habitatnya, buaya-buaya kecil itu harus menempuh perjalanan panjang dan di setiap perjalanannya, siap dimangsa musuh-musuhnya yang lebih besar. Begitu juga pada hewan-hewan lain mengalami prosesi yang sama. Yang kuat dan beruntung akan hidup lebih lama dan beranak pinak. Siap disantap atau menyantap.
  • Dalam perburuan, hewan-hewan yang lemah akan tergilas oleh hewan yang lebih kuat atau dijadikan mangsa perburuan. Hewan-hewan yang bergerak lambat, sakit, lemah akan terlebih dahulu mati dibanding hewan-hewan yang kuat. Ini memang berbeda dengan manusia. Manusia yang lemah dan sakit dilindungi dengan obat-obatan dan kemanusiaan. Dalam dunia perhewanan, yang lemah harus musnah.

Dengan kata lain, film dokumenter kehidupan mahluk hidup itu menjelaskan mahluk-mahluk yang secara genetis lebih sehat dan lebih baik akan bertahan hidup dan terjadi perkawinan antar mereka. Yang lemah musnah yang kuat akan berkombinasi untuk menghasilkan spesies yang lebih kuat. Jadi kalau saya berandai-andai ada perkawinan dua hewan yang membawa genetik resesif penyakit dan melahirkan hewan yang sakit, maka yang sakit melalui seleksi alam akan segera musnah/gagal bertahan hidup. Seleksi alam lebih tampak melanjutkan kehidupan dengan mahluk-mahluk hidup yang mampu dan lebih kuat.

Memang beda dengan manusia, yang sakit dan lemah di antara manusia tidak musnah dan kalah bersaing, tetapi dipelihara dan dilindungi. Tidak demikian halnya di dunia hewan. Di dunia manusia, agama melarang perkawinan dekat, karena kemudian diketahui akan melahirkan keturunan yang lemah karena yang bisa dijelaskan dengan kombinasi genetis yang muncul. Dalam dunia hewan, mereka tidak musnah perlahan-lahan, tapi harus segera hilang dari peredaran.

Jadi macan yang lemah, segera mati dan yang bertahan dan berketerunan adalah hewan-hewan yang sehat. Macan lho, tidak berubah menjadi singa. Macan tetaplah macan. (agorsiloku.wordpress.com)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar